10 Februari 2016

Dari Dokter hewan menjadi Peternak Lele



 Namanya Hendrawan, seorang teman lama saya di bangku sekolah dasar. Dulu Hendrawan ini saat SD terkenal dengan keisengannya dengan teman-teman yang lain. Jadi hampir dipastikan saat itu semua kenal dengan anak ini. Tapi ketika dilihat dari masa lalunya, pantas beliau sekarang menjadi pribadi yang solid, pribadi yang tetap humble, pribadi yang mau belajar dari siapapun, pribadi yang luar biasa.
Anak yang bandel itu yang sekarang menjadi Dokter hewan! Tetapi tidak seperti dokter hewan pada umumnya yang ketika lulus kemudian membuka praktek dokter hewan ataupun membuka usaha pet shop yang sedang menjamur dikota Jogja sekarang ini. Tetapi beliau memutuskan untuk mencari sepetak lahan kolam, yang kemudian dibangun ulang sehingga kolam tersebut tampak lebih baik.
Dari kolam yang hanya berdindingkan tanah dan pasir, diganti dengan dinding beton yang kuat. Bukan tanpa alasa beliau mengganti nya dengan dinding beton, supaya ikan-ikan tidak lari ke kolam lain katanya. Selain itu, diatas kolam dibangun saung sederhana berukuran kurang lebih 3x4m persegi, sudah seperti resto-resto pada umumnya. Selain saung, dibangun juga diatas kolam tersebut satu petak kandang Merpati, tapi merpati bukan sembarang merpati, yang boleh menempati petak tersebut merupakan merpati-merpati calon juara. Baik juara di bidang kecepatan, ataupun juara dibidang ketinggian. Bahkan mas Hendrawan menunjukan seekor "piyik" anak merpati yang baru berumur 2bulanan sudah ada yang menawar sampai 1,5juta per ekornya.. hmm lumayan kan..

Kolam berukuran kurang lebih 350 meter persegi ini di bagi menjadi 3 bagian, satu bagian paling besar ditempati oleh satu koloni ikan Lele yang jumlahnya kurang lebih 15.000 lele, satu bagian lagi ditempati oleh sekeluarga ikan Gurame dan satunya ditempati oleh sekampung ikan Nila. Yang menarik dari salah satu kolam ini terdapat ikan “Mahal” yang sengaja dimasukan dalam kolam, ikan Arwana, iya ikan Arwana masuk kolam Nila! Bukan tanpa alasan ikan ini dimasukan dalam kolam nila tersebut, menurut mas Hendrawan ikan ini berfungsi sebagai ikan Kontrol, alias ikan polisi yang dimana ketika menjumpai ikan lain yang sendang sakit atau terluka tugas ikan kontrol ini adalah melahapnya. Supaya virus, bakteri, kuman yang dibawa ikan sakit tersebut tidak menular ke ikan lain. Begitupun dikolam lele maupun gurame dimasukan juga ikan Kontrol, tapi bukan Arwana, melainkan ikan Bawal, ikan yang sepertinya saudara dekatnya ikan piranha yang terkenal di Amazon sana.
Dari kolam ini mas Hendrawan bisa memanen ikan Lele setiap 3-4 bulan, tergantung musim katanya. Kalau musim hujan, ikan lebih cepat gendutnya, tapi kalau musim panas lebih sulit gemuknya. Hal lain yang bisa dipelajari dari mas Hendrawan ini katanya supaya ikan bisa cepet gendut maka sirkulasi air dikolam harus terjaga, supaya ikan tetap bergerak-dan karena sering gerak maka sering lapar-dan karena sering lapar maka sering makan- dan sering makan makanya cepat gendut. Ikan kontrol juga melakukan tugas yang sama, dengan adanya ikan kontrol maka ikan-ikan lainnya harus terus bergerak biar disangka oleh ikan kontrol mereka sehat dan terbebas dari santapan ikan kontrol.
Modal yang dikeluarkan mas Hendrawan sekitar 40juta, itu untuk membangun kolam dan saung plus kandang merpati diatasnya, tapi kata beliau uang tersebut tidak ada artinya dengan kesenangan beliau ketika berkunjung dengan anak dan istrinya. Karena ketika berada di kolam tersebut, rasanya adem, segala stress yang melanda sepertinya hilang dimakan ikan, dan saya pun setuju dengan pendapat diatas, karena ketika sampai pertama kali disana rasanya sudah mau tidur aja didalam saung. Walau suasana panas diluar, tapi didalam saung tetap dingin, apalagi ditambah dengan suara gemericik air semakin membuat badan ini lemas nyaman.

Hasil dari kolam ini juga lumayan, sekali panen untuk kolam Gurame omset nya bisa dapat 5-6jt, dan untuk kolam yang lain juga bisa digunakan sistem Pancingan, sekali pancingan maksimal 1 hari 2juta (Sistem ini biasanya menyisakan ikan). Kalau untuk lele dari 15000 benih bisa dipanen sekitar 1,5kwintal lele besar yang per kilo 4-5ekor. Jadi lumayan juga ya..

Menurut mas Hendrawan, kebutuhan ikan lele DIY per harinya berkisar 10ton! Dan masih banyak yang belum terisi. Klo dilihat sih maklum saja, karena populasi mahasiswa dijogja yang besar ditambah dengan populasi penjual pecel lele yang semakin merebak, ditambah pecel lele menjadi menu yang murah dan enak maka larislah lele tersebut.
Oiya, itu baru Jogja lho ya, belum daerah lain.. Jadi jangan takut gak ada yang beli kalau kita mau usaha ikan Lele..

Klub Belajar Kelompok
Gideon Surya

 

Tidak ada komentar: